Namun
kita juga tidak boleh lupa dengan amal jariyah yang lain, ingat, amal jariyah
itu maknanya bukan hanya amal yang sholeh, karena amal itu ada dua, amal shalih
dan amal salah. amal yang salah pun bisa menjadi dosa jariyah!
Banyak
orang berpikir bahwa setelah kematiannya, dosa-dosanya pun akan terhenti
putarannya. Dia berpikir bahwa dosa-dosanya tidak akan berkembang lagi setelah
dia meninggal dunia. Padahal, selain amal jariyah (pahala yang terus-menerus),
ada juga dosa jariyah, yakni berjalannya segala dosa, kendati telah berkubang
tanah.
“Barangsiapa
yang menyeru orang lain pada kesesatan (tradisi buruk), maka dia akan
menanggung dosa sebagaimana dosa yang dilakukan oleh orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi dosa-dosa orang yang mengikutinya.” (HR Muslim).
Saya
terkadang merasa kasian dan tidak habis fikir kepada orang-orang yang mencela
guru kami,
inspirator kami yakni al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dan hizbut tahrir yang juga di tuduh bermacam-macam.
inspirator kami yakni al-Imam al-’Allamah as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dan hizbut tahrir yang juga di tuduh bermacam-macam.
Seseorang
yang mengisi ceramah di khalayak ramai kemudian memfitnah dengan mengatakan
bahwa hizbut tahrir membolehkan mencium wanita yang bukan mahramnya, menuduh
menyebarkan berita bahwa hizbut tahrir tidak mengakui adanya siksa kubur,
menolak adanya rukun iman yang ke enam yakni qadha-qadar, tidak wajib sholat
sebelum ada khilafah, tidak wajib jihad sebelum ada khilafah serta
tuduhan-tuduhan keji lainnya yang dinisbatkan kepada al-Imam al-’Allamah as-Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhani ataupun kepada hizbut tahrir.
Bayangkan,
bagaimana jika yang meyampaikan kabar berita tersebut sudah wafat dan beliau
belum sempat mengklarifikasi, kemudian orang-orang yang mendengarkan beliau
percaya dan turut menyebarkannya.
Atau
bagaimana dengan orang yang pertama kali menulis artikel-artikel dengan tuduhan
yang sama? yang mana tulisan-tulisan tersebut masih dapat kita temui di
beberapa swebsite atau blog, kemudian penulis tersebut wafat, dan tulisan
tersebut sudah di share kan mana-mana.
Imam
al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin menyatakan, “Sungguh beruntung orang
yang meninggal dunia, maka putuslah dosa-dosanya. Dan sungguh celaka seseorang
yang meninggal dunia, tetapi dia meninggalkan dosa yang ganjaran kejahatan terus
berjalan tiada hentinya.” Alangkah bahagianya mereka yang memiliki amal jariyah
dan alangkah sengsaranya seseorang yang menanam dosa jariyah. Wallahu A’lam.
diambil dari situs Hizbut Tahrir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar