Sabtu, 05 November 2011

Berimankah Kita?

Berimankah Kita?



Ketika ditanya, kita mungkin sering menyatakan diri sebagai orang yang beriman. Kita berkata bahwa kita percaya pada keberadaan Allah Yang Maha Esa beserta para nabi, kitab, malaikat, hari akhir, dan takdir-Nya. Dan dalam hati kita mungkin memang percaya. Namun, sejauh apa tingkat keyakinan kita?
Semakin yakin seseorang akan sesuatu, semakin gigih ia untuk berusaha memahami dan memperjuangkan keyakinannya itu. Bila kita percaya bahwa sesuatu itu benar adanya, benar-benar percaya, tentu semua tindakan kita akan didasarkan pada kepercayaan itu. Karenanya, tingkat keimanan seseorang sedikit banyak dapat dilihat dari perbuatan dan tingkah lakunya. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang mukmin atau orang yang beriman bila perilakunya mencerminkan keimanannya itu. Walau tentu kesungguhan dalam hatinya lah yang menentukan tingkat keimanannya.
Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin. (HR. Al-Hakim).
Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor. (HR. Bukhari).
Seorang mukmin adalah orang yang dapat diharapkan datangnya kebaikan dari dirinya dan orang-orang merasa aman dari kejahatannya. Tak akan berani ia mengambil yang bukan haknya atau membiarkan orang yang membutuhkan pertolongan ketika ia mampu memberikan bantuan. Ia menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan sepenuh hati, juga tidak berputus asa ketika mendapat kesulitan, karena dia percaya bahwa Allah swt. yang menciptakannya memang ada, dengan segala kebesaran, kuasa, dan sifat-sifat lainnya yang mulia.
Seorang mukmin akan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala kebaikan, menjalin hubungan yang baik dengan semua orang dan memberi manfaat terbaik yang dapat disumbangkannya pada dunia, karena dia meyakini keadilan hukum Allah pasti berlaku, juga hari akhir dengan segala kejadian di dalamnya. Ia percaya bahwa para nabi, khususnya Rasulullah saw., menyampaikan ajaran yang terbaik, maka ia meneladaninya, dengan segala cinta kasih, kedamaian, dan kebaikan yang disampaikan beliau.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Mukminun: 1-11).
Artikel diatas diambil dari http://www.alifmagz.com/berimankah-kita/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar