Selasa, 25 Oktober 2011

Mengingatkan Orang Lain, Memperbaiki Diri Sendiri


Mengingatkan Orang Lain, Memperbaiki Diri Sendiri



Manusia adalah tempatnya salah dan lupa.  Apa yang kita ketahui begitu terbatas. Apa yang dapat kita lakukan dari pengetahuan kita juga tak sempurna. Kondisi fisik dan semangat kita pun tidak selalu stabil, termasuk dalam hal beribadah.
Itulah sebabnya, kita membutuhkan manusia lain untuk membantu dan mengingatkan kita. Begitu pun sebaliknya. Kita perlu saling bertukar pikiran ketika menghadapi suatu masalah, nasihat-menasihati, saling memberi semangat, dan berbagi sudut pandang.
Tentu kita masih ingat Al-Qur’an surat Al-Ashr, ayat 1-3:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ketika kita mengetahui suatu kebaikan, melakukannya adalah baik, tetapi lebih baik lagi bila kita juga mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan itu. Justru kita telah berbuat kurang baik, jika membiarkan orang lain tidak mengetahui kebaikan yang sama atau membuang kesempatan kebaikan yang mungkin bisa dilakukan orang itu, jika saja kita mengajaknya.  Begitu pun dengan keburukan. Kita bisa ikut menjadi jahat, bila membiarkan orang lain melakukan keburukan dengan segala konsekuensinya, padahal kita mengetahuinya.
Rasulullah saw. bersabda:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka). (HR. Abu Zar).
Barangsiapa melihat suatu kemungkaran hendalah ia mengubah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah. (HR. Muslim).
Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar ma’ruf dan nahi mungkar. (HR. Tirmidzi).
Tak dapat dipungkiri, kalau tidak selalu mudah melakukan keduanya. Kita tentu juga harus melihat waktu dan tempat, mempertimbangkan kedekatan hubungan serta kondisi pada saat itu, dan memilih cara yang terbaik dalam mengingatkan orang lain. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:
Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah dengan baik, jangan menyebabkan orang menjauh. (HR. Bukhari).
Penting untuk kita ingat, saat memberi nasihat, orang yang pertama dan terutama harus kita perhatikan adalah diri kita sendiri.  Untuk orang lain, tugas kita hanya mengingatkan, namun untuk diri sendiri, kita bertanggung jawab untuk melakukan apa yang kita nasihatkan. Nasihat kita adalah pengingat bagi diri kita untuk terus belajar menjadi lebih baik.
Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, “Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar?” Orang tersebut menjawab, “Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang aku sendiri melakukannya.” (HR. Muslim).
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa. (QS. Al-An’am:  69).
NB : artikel diatas diambil dari  : http://www.alifmagz.com/mengingatkan-orang-lain-memperbaiki-diri-sendiri/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar